Genderuwa (dalam pengucapan Bahasa Jawa: "Genderuwo") adalah mitos Jawa tentang sejenis bangsa jin atau makhluk halus yang berwujud manusia mirip kera yang bertubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahan, tubuhnya ditutupi rambut lebat yang tumbuh di sekujur tubuh. Genderuwa dikenal paling banyak dalam masyarakat di Pulau Jawa, Indonesia. Orang Sunda menyebutnya "gandaruwo" dan orang Jawa umumnya menyebutnya "gendruwo". [1] .
Habitat hunian kegemarannya adalah batu berair, bangunan tua, pohon
besar yang teduh atau sudut-sudut yang lembap sepi dan gelap. Menurut
mitos, pusat domisili makhluk ini dipercaya berada di daerah hutan
seperti Hutan Jati Cagar Alam Danalaya, kecamatan Slogohimo, sekitar 60 km di sebelah timur Wonogiri, dan di wilayah Lemah Putih, Purwosari, Girimulyo di Kulon Progo, sekitar 60 km ke barat Yogyakarta.
Etimologi
Istilah genderuwa yang sebenarnya diduga berasal dari bahasa Kawi gandharwa yang berakar dari bahasa Sanskerta gandharva. Gandharwa dalam kepercayaan Hindu dan Buddha (yang merupakan kepercayaan dominan di zaman kerajaan Hindu Buddha di nusantara) digambarkan sebagai makhluk berwujud manusia berjenis kelamin pria yang tinggal di kahyangan.
Mitos genderuwa sebagai makhluk gaib sendiri diduga berakar dari mitos kuno Persia gandarewa. Dalam mitos Persia, gandarewa adalah siluman air Persia yang terus-menerus mencoba untuk memakan hal-hal baik yang tercipta dalam mitos penciptaan Persia dan akhirnya akan dikalahkan oleh pahlawan Keresaspa. [2]
Mitologi Genderuwa dalam budaya Jawa
Genderuwa dipercaya dapat berkomunikasi dan melakukan kontak langsung dengan manusia.
Berbagai legenda menyebutkan bahwa genderuwa dapat mengubah penampakan
dirinya mengikuti wujud fisik seorang manusia untuk menggoda sesama
manusia.
Genderuwa dipercaya sebagai sosok makhluk yang iseng dan cabul, karena kegemarannya menggoda manusia terutama kaum perempuan dan anak-anak. Genderuwa kadang senang menepuk pantat perempuan, mengelus tubuh perempuan ketika sedang tidur, bahkan sampai memindahkan pakaian dalam perempuan ke orang lain.
Kadang genderuwa muncul dalam wujud makhluk kecil berbulu yang bisa tumbuh membesar dalam sekejap, genderuwa juga gemar melempari rumah orang dengan batu kerikil di malam hari. [1] Salah satu kegemaran genderuwa yang paling utama adalah menggoda istri-istri kesepian yang ditinggal suami atau para janda, bahkan kadang genderuwa bisa sampai melakukan hubungan seksual dengan mereka. Dipercaya bahwa benih daripada genderuwa dapat menyebabkan seorang wanita menjadi hamil dan memiliki keturunan dari genderuwa.
Menurut legenda, genderuwa memiliki kemampuan gendam untuk menarik wanita agar mau bersetubuh dengannya. Kemampuan hubungan seks
genderuwa juga diyakini amat luar biasa, sehingga wanita-wanita korban
pencabulannya seringkali merasakan puas dan nikmat yang luar biasa
apabila berhubungan badan dengan genderuwa.
Namun biasanya wanita korban yang disetubuhi oleh genderuwa tidak
akan sadar sedang bersetubuh dengan genderuwo karena genderuwo akan
menyamar sebagai suami atau kekasih korban dalam melakukan hubungan seks. Disebutkan pula kalau genderuwa memiliki libido dan gairah seksual
yang besar dan jauh di atas manusia, sehingga ia amat mudah terangsang
melihat kemolekan perempuan dan membuatnya menjadi makhluk yang senang
menggoda perempuan.
Ada legenda menyatakan genderuwa kadang senang bersemayam di dalam rahim perempuan. Perempuan yang rahimnya disemayami oleh genderuwa akan memiliki gairah seks
yang tinggi dan tak mampu menahan gairahnya. Si perempuan akan senang
melakukan hubungan intim. Apabila pasangan si perempuan tak mampu
mengimbangi gairahnya, maka si perempuan takkan segan mencari pasangan
lain. Hal ini terjadi karena gairah si wanita dikendalikan oleh
genderuwa, apabila si wanita melakukan hubungan intim, maka si genderuwa
yang bersemayam di rahimnya juga akan merasakan nikmat dari hubungan
intim yang dilakukan wanita tersebut.
Dalam kepercayaan Jawa, tidak semua genderuwa bersifat jahat, ada pula genderuwa yang bersifat baik. Genderuwa yang bersifat baik ini dipercaya biasanya menampakkan wujudnya sebagai seorang kakek
tua berjubah putih yang kelihatan amat berwibawa. Genderuwa yang baik
tidak bersifat cabul seperti saudara sebangsanya yang bersifat jahat,
genderuwa yang baik seringkali membantu manusia seperti menjaga tempat
gaib atau rumah dari orang yang berniat tidak baik, bahkan perampok. Pernah juga terdengar bahwa genderuwa yang bersifat baik kadang-kadang membantu menyunat anak-anak dari keluarga tidak mampu yang saleh beribadah.
Asal-usul Genderuwa
Asal-usul genderuwa dipercaya berasal dari arwah orang yang meninggal secara tidak sempurna, bisa akibat bunuh diri, penguburan yang tidak sempurna ataupun kecelakaan sehingga arwah orang tersebut merasa penasaran dan belum mau menerima kematiannya.
Genderuwa tidak dapat dilihat oleh orang biasa tapi pada saat tertentu
dia dapat menampakkan dirinya bila merasa terganggu. Dipercaya bahwa
tidak semua genderuwa jahat, karena ada pula yang baik dan sikap mereka
tergantung bagaimana manusia bersikap, apakah mau berteman atau bermusuhan dengan genderuwa tersebut.
Mitos ritual pemanggilan
Banyak kalangan mempercayai salah satu cara memanggil genderuwa adalah dengan membakar sate gagak. Diyakini, burung gagak adalah makanan kesukaan sekaligus binatang peliharaan genderuwa, dalam hal ini seperti manusia yang memelihara ayam.
Untuk melakukan ritual ini, subyek yang ingin bertemu dengan
genderuwa diyakini harus mengikuti tata cara khusus untuk membuat sate
gagak. Tata cara tersebut umumnya digambarkan sebagai berikut: setelah
berhasil menangkap burung gagak, burung gagak tersebut disembelih dengan
pisau yang sangat tajam.
Alasannya, ketajaman mata pisau akan memengaruhi lancar tidaknya darah
yang mengalir keluar dari bekas luka yang ditimbulkan; berikutnya adalah
mencabuti bulu-bulu hitam gagak yang kasar sehingga benar-benar bersih. Selanjutnya, daging yang sudah bersih ditelikung seperti halnya kalau membuat ingkung ayam. Baru kemudian, bisa dibakar di atas perapian.
Hal terpenting dari ritual ini dipercaya adalah pengucapan rapalan mantra
khusus agar genderuwa selain mencium bau makanannya juga dapat
mendengar panggilan. Mantra pemanggil genderuwa diyakini hanya dimiliki
segelintir orang saja dan tidak sembarang diberitahukan akan. Sifat
kerahasiaan ini telah banyak digunakan untuk penipuan
demi mendapat keuntungan. Tempat yang diyakini paling tepat untuk
melakukan ritual pemanggilan ini adalah tempat yang terbuka, agar bau
burung gagak yang dibakar menyebar ke segala arah dibawa oleh angin dan bisa mengundang genderuwa mendatangi tempat tersebut.
Mitos dalam perjudian
Ritual mengundang genderuwa yang lengkap dengan segala sejajinya
banyak dilakukan orang, terutama yang berkepercayaan tradisional di
pulau Jawa. Hal ini berkaitan dengan maraknya judi togel yang dahulu dikenal dengan istilah "nomor buntut" atau "nomor jitu".
Para praktisi tersebut meyakini bahwa dengan mengundang genderuwa,
keinginan untuk mendapat nomor yang beruntung bisa terpenuhi dan dengan
berbekal sedikit keberanian, keuntungan besar bakal gampang mereka
peroleh.
Hal unik yang terjadi dalam ritual pemanggilan genderuwa hingga permintaan untuk menyebutkan "nomor jitu" adalah dilakukannya tawar menawar seperti layaknya jual beli pedagang di pasar.
Diyakini bahwa setelah genderuwa keluar dari sarang mereka setelah
mendengar rapalan mantra berikut bau daging gosong gagak terpanggang,
praktisi harus secepatnya meminta apa yang mereka inginkan sebelum
genderuwa mencuri atau memakan umpan sate burung gagak sebelum
mengucapkan permintaan. Sebab, jika genderuwa telah kenyang akan segera
menghilang pergi tanpa mau memberikan jawaban yang diinginkan
pemanggilnya.
Dalam budaya populer
Mitos genderuwa telah banyak digunakan dalam banyak media hiburan, terutama dalam cerita fiksi horor dan film horor dari Indonesia maupun di Malaysia
di mana komunitas Jawanya masih mempraktekkan kepercayaan dan budaya
Jawa. Mitos genderuwo pernah diangkat ke kisah drama di layar lebar
dalam film Gondoruwo (1981) yang disutradarai Ratno Timoer.
Mitos genderuwo juga banyak diangkat menjadi cerita fiksi hiburan di era 1990-an, seperti komik roman mistis bersambung "Si Denok" yang dimuat di harian Suara Merdeka tahun 1990-an di Indonesia. Film horor Genderuwo yang dirilis tahun 2007 di Indonesia juga meminjam banyak unsur cerita dari mitos genderuwa.
Di Indonesia pada dekade 90-an sempat tenar figur "Tebo Si Manusia Misterius" yang diorbitkan oleh grup hiburan keliling "Wahana Misteri". Tebo lahir di Jember, Jawa Timur pada tahun 1970, yang menarik dari tokoh ini adalah bahwa dia dilahirkan dengan ciri fisik abnormal dimana bulu
tumbuh di sekujur tubuhnya dan juga ukuran tubuhnya yang amat besar.
Oleh karena inilah Tebo diberitakan oleh masyarakat sebagai hasil kawin silang antara manusia dengan genderuwo, berita ini disajikan oleh pihak Wahana Misteri dengan mengemas pertunjukan Tebo dengan kisah mistis yang cukup menarik sebagai asal usulnya. [3]
Dalam konteks internasional, versi Persianya, yaitu gandarewa telah dipinjam ke dalam permainan video RPG / permainan peran Final Fantasy X asal Jepang tahun 2001. Dalam permainan video ini gandarewa adalah salah satu dari banyak makhluk monster musuh yang mempunyai kekuatan magis. [4]
Sumber: Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar