Jumat, 13 Januari 2012

ASMARAGAMA; Olah Asmara Ala Jawa



KEAGUNGAN seks yang di masa lampau mendapat tempat sakral dan dijunjung tinggi, sekarang telah berubah menjadi profan dan seperti barang murahan yang dijual obral. Perbincangan soal seks -- yang awalnya tabu dan merupakan rahasia sangat pribadi -- kini begitu bebas dan terbuka bagi konsumsi publik.
Simak saja pengalaman seseorang yang berinisial SMn. Profesional muda itu bertanya soal seks secara blak-blakan melalui sebuah tabloid terbitan ibu kota. Persoalan yang dibeberkan dalam rubrik Eyang Asmaragama tersebut, tidak lagi sebatas masalah penyakit seksual yang di masa lampau menjadi momok bagi banyak orang. Tetapi, tanpa tedeng aling-aling buka kartu soal nafsu seks yang berlebihan, perilaku seksual yang tidak lumrah, sampai soal penggunaan sex toy.
Bagaimana masyarakat Jawa di masa lalu menghayati seks, dapat disimak dari sebuah naskah kuno yang berjudul Asmaragama. Naskah yang tidak jelas siapa penulisnya dan kapan waktu pembuatannya itu, menurut penerjemahnya Wiryapanitra, merupakan surat yang memuat "ilmu" asmara bagi kaum pria. Asmaragama yang merupakan akronim asmara dan sanggama, adalah salah satu ilmu kejawen tentang pesona olah asmara yang secara khusus mengajarkan kesempurnaan penerapan asmara.
Bagi para lelaki Jawa, menurut ajaran luhur tersebut, sangat perlu memahami ilmu Asmaragama. Sebab, melalui ilmu asmara itu kaum lelaki dituntun ke arah dua perilaku penting yang akhirnya menghasilkan kesempurnaan kehidupan. Perilaku pertama adalah demi kesempurnaan pasangan hidup yang disebut Langen Rahsa dan perilaku kedua adalah demi kesempurnaan keturunan yang dinamakan Langen Jiwa.
Kedua lelangen yang makna harfiahnya kegemaran, manakala dilakukan secara baik dan benar akan membuahkan keberuntungan. Sebaliknya, jika seseorang berperilaku menyimpang dalam menerapkan kedua lelangen, orang akan menuai bencana.
Secara gamblang disebutkan, buah keberuntungan dari olah asmara yang baik dan benar dengan seorang istri, adalah keturunan saleh. Sebaliknya, jika seseorang melakukan asmara yang menyimpang (baca: melacur), yang diperoleh adalah keturunan durhaka.
**
BAGI pasangan suami-istri yang berhubungan asmara dalam Langen Rahsa, ilmu Asmaragama mengajarkan soal keberuntungan lelaki yang beristrikan seorang wanita berwatak mantap, legawa dan tepa. Wanita yang mantap berarti sehat jasmani dan rohani, memiliki rasa kepuasan diri, tidak mudah tergiur dengan lelaki lain dan jatuh cinta bukan karena guna-guna. Wanita yang legawa bermakna memahami hasrat pasangan hidupnya dan wanita tepa adalah berati mampu membangkitkan gairah demi kebahagiaan bersama.
Pada sisi lain, jika pasangan lelaki dan wanita melakukan olah asmara Langen Jiwa secara menyimpang (baca: selingkuh) -- yang dalam bahasa Jawa disebut ceda -- apabila menghasilkan keturunan akan lahir anak yang berkelakuan buruk, memalukan dan menyusahkan banyak orang.
"Mula, oleh-olehane ngelmu Asmaragama iku sinebut rong prakara. Sepisan, murih priya kinasihan ing wanodya. Kapindo, murih (priya) ngerti dadining wiji putra kang ala lan kang becik, kang wus cumithak ing awak, kang durung tumitis lan bisa narik wiji kang becik, utawa bisa nglebur wiji kang ala. Lan maneh, paedahe bakal bisa nurunake anak kang prayoga ing tembe mburine.
Demikian sepenggal kesimpulan yang termaktub dalam Serat Asmaragama. Jika diartikan, hasil dari ilmu Asmaragama terdiri atas dua hal. Pertama, agar pria dikasihi wanita. Kedua, agar (pria) mengerti tentang benih anak yang buruk dan yang baik, yang telah tercetak di tubuh, yang belum menitis dan dapat menarik benih yang bagus, atau melebur benih yang buruk. Dan lagi, manfaatnya bakal dapat menurunkan anak yang saleh di belakang hari.
Asmaragama bukanlah sekadar nama, apalagi nama orang yang dikesankan sudah tua dengan sebutan eyang, melainkan "ilmu" yang ditekuni orang Jawa pada zamannya. Sebagai sebuah ilmu, kandungan isi Asmaragama lebih banyak menjelaskan secara "ilmiah" seluk beluk olah asmara dan buah dari perilaku olah asmara itu.
Seperti ciri watak orang Jawa yang dikenal halus, paparan pengajaran seks ala Jawa itu kemas menggunakan bahasa yang tidak vulgar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar